Minggu, 11 November 2018

Pelatihan Keselamatan Dasar ( BST)

Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Watchkeeping untuk Seafarers (STCW), mensyaratkan bahwa pelaut diberikan "pelatihan sosialisasi" dan "pelatihan keselamatan dasar" yang meliputi pertempuran dasar api,  pertolongan pertama, teknik bertahan hidup pribadi, dan keamanan pribadi dan tanggung jawab sosial. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaut sadar akan bahaya dari bekerja pada kapal dan dapat merespons dengan cepat dalam keadaan darurat.

Menurut STCW, The STCW 95 mengharuskan Anda Bersekolah 5 hari dari instruksi. Tentu saja ini harus diperbaharui setiap 5 tahun, atau dalam kondisi tertentu, Anda harus menunjukkan bahwa Anda memiliki setidaknya 1 tahun pelayanan di kapal dari 200 grt atau lebih dalam 5 tahun terakhir.  Komponen umumnya mencakup Pencegahan kebakaran dan Penanggulangan kebakaran (pemadam kebakaran Dasar) saja dari 2 hari, Teknik Personal Kelangsungan Hidup (PST) saja dari 1,5 hari, Keselamatan Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial (PSSR) saja dari setengah hari, dan, First Aid / CPR (Basic Pertolongan pertama) saja dari 1 hari.

Dasar Keselamatan Pelatihan atau BST merupakan titik awal bagi orang-orang yang mencari pekerjaan di industri maritim.

Dasar Lepas Pantai Keselamatan Induksi dan Pelatihan Darurat atau BOSIET dirancang untuk personil kelautan berniat untuk bekerja pada instalasi lepas pantai di sektor maritim Inggris dan merupakan bagian dari proses umum Lepas Pantai Keselamatan Induksi

AFF.
Seorang petugas pemadam kebakaran (juga dikenal sebagai petugas pemadam kebakaran) adalah penyelamat yang ekstensif terlatih dalam pemadam kebakaran, terutama untuk memadamkan api berbahaya yang mengancam properti dan penduduk sipil atau alami, dan untuk menyelamatkan orang-orang dari situasi berbahaya, seperti kendaraan runtuh atau bangunan terbakar atau jatuh. Di beberapa daerah, mereka juga dilatih di Emergency Medical Services (EMS) dan beroperasi ambulans selain menjadi petugas pemadam kebakaran.

Kompleksitas kehidupan industri modern dengan keunggulan yang lebih besar dari bahaya telah menciptakan peningkatan keterampilan yang dibutuhkan dalam teknologi pemadam kebakaran dan perluasan kewenangan petugas pemadam kebakaran-penyelamat. Layanan api, atau kebakaran dan penyelamatan layanan, juga dikenal di beberapa negara seperti pemadam kebakaran atau pemadam kebakaran, adalah salah satu dari tiga layanan darurat utama. Pemadam kebakaran dan petugas pemadam kebakaran telah menjadi mana-mana di seluruh dunia, dari wildlands ke daerah perkotaan, dan kapal kapal. Menurut kamus Merriam-Webster, kata Inggris pemadam kebakaran telah digunakan sejak tahun 1903.  Dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi istilah yang lebih disukai, menggantikan pemadam kebakaran, karena wanita juga berfungsi sebagai petugas pemadam kebakaran, dan juga karena pemadam kebakaran jangka dapat memiliki arti lain , termasuk seseorang yang menetapkan, stoke, atau cenderung kebakaran, terutama di perapian yang ditunjuk -. kebalikan dari peran pemadam kebakaran

Di banyak negara, sementara sebagian besar petugas pemadam kebakaran relawan, petugas pemadam kebakaran juga dapat digunakan sebagai pekerja penuh waktu dan dibayar gaji. petugas pemadam kebakaran relawan (yang secara teoritis tidak dibayar) dan ditahan petugas pemadam kebakaran (atau petugas pemadam kebakaran tambahan, yang dibayar untuk waktu tertentu mereka bertugas, yaitu, permanen paruh waktu pemadam kebakaran karir) bertugas sebagai diperlukan. [3] Di negara-negara seperti Inggris Raya, penggunaan pemadam kebakaran dipertahankan tambahan standar. Di Portugal, misalnya, penggunaan pemadam kebakaran relawan adalah standar, bersama dengan petugas pemadam kebakaran karir. Di Australia ada brigade relawan yang merupakan layanan pedesaan sebagian besar belum dibayar, meskipun secara tradisional mereka dibayar oleh majikan mereka jika berteriak selama jam kerja biasa.

Seperti tertuang dalam Standards of Training, Certification and Watch keeping for seafares atau STCW 1978 amandemen 1995, Survival Craft and Rescue Boat atau SCRB tertuang dalam section A-VI/2. SCRB dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang pesawat/craft keselamatan dan kapal penyelamat. Yang dimaksud dengan survival craft adalah pesawat keselamatan berupa sekoci, dan sekoci karet. Sedangkan rescue boat merupakan kapal penyelamat yang biasanya digunakan pada saat terjadi peristiwa MOB atau Man Overboard (orang yang terjatuh dari atas kapal dan terapung di laut). Setiap kapal yang berlayar berdasarkan SOLAS 1974 Chapter III, setiap kapal harus dilengkapi dengan 6 macam peralatan dan pesawat keselamatan sebagai berikut:
  • Life Boat (sekoci penolong)
  • Life Raft (rakit penolong)
  • Life Buoy (pelampung penolong)
  • Buoyant Apparatus (alat-alat pelampung lainnya~life ring,etc*
  • Life Jacket (rompi penolong)
  • Line Throwing Apparatus (alat pelempar tali)
Life Boat biasanya terbuat dari bahan Fiberglass dan dilengkapi dengan motor serta perlengkapan keselamatan lainnya (air kemasan, makanan/biscuit, signaling device (parachute flares, hand flares, smoke, mirror, dsb). Tergantung besar kecilnya life boat, untuk kapal pesiar rata rata satu life boat dapat mengangkut kurang lebih 150 orang penumpang pada saat emergency dan dapat digunakan untuk tender service (mengangkut penumpang dari dan ke pier/pelabuhan pada saat kapal anchor) dengan maximal angkut 75 orang penumpang.
Life Raft yang digunakan di kapal biasanya terbuat dari bahan karet dan dibungkus kapsul, bersifat inflatable serta ditempatkan di geladak kapal terbuka dan hanya diikat dengan automatic release. Kegunaan dari automatic release ini adalah untuk melepaskan life raft secara otomatis pada saat kapal tenggelam di bawah air laut kurang lebih setelah mencapai kedalaman 2-4 meter. Dengan demikian life raft dapat mengembang di permukaan air laut dan dapat digunakan oleh para penumpang yang selamat. Perlengkapan keselamatan juga terdapat pada Life Raft (rakit penolong) seperti pada life boat.
Pada saat terjadi situasi emergency seperti kebakaran atau kapal mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kapal akan tenggelam, Kapten kapal/Nahkoda akan memberikan pengumuman melalui PAS atau Public Announcement System yang dapat di dengar diseluruh rauangan di dalam kapal. Apabila Nahkoda memerintahkan untuk meninggalkan kapal atau abandon ship, kapten akan membunyikan alarm sebagai berikut:
  • Abandon Ship alarm : seven short blast followed by one long blast repeated at least three times atau tujuh bunyi pendek diikuti dengan satu bunyi panjang diulang minimal 3 kali.
  • Fire Alarm : one short one long sounded three times and repeated continously with announcement atau satu pendek satu panjang diulang tiga kali dan dilanjutkan berkesinambungan diikuti pengumuman dari anjungan/bridge.
Setelah mendengar alarm tersebut setiap crew yang bertugas hendaknya melakukan tugas seperti apa yang tertera pada mustering list atau assignment dari Chief Officer atau Kapten. Untuk crew yang bertugas pada saat mendengar abandon ship alarm diharapkan menuju kamarnya dan berpakaian hangat serta mamakai lafe jacket dan menuju ke muster station dan melakukan tugas masing masing ( boat commander dan assistantnya memeriksa penumpang dan mengechek kelengkapannya~life jacket dan presensi~). Setelah semua penumpang dinyatakan siap dan sekoci siap beroperasi maka penumpang mulai embark ke sekoci dengan dihitung keras berdasarkan nomor urut dan diatur oleh assistant boat commander tempat duduknya. Setelah itu sekoci diturunkan dan secara otomatis bowsing tacle akan terlepas dari tali pengaitnya setelah sekoci menyentuh permukaan laut.
Setelah sekoci launching di air maka sekoci tersebut menjauh dari kapal induk untuk menghindari ikut terisapnya sekoci kedalam laut pada saat kapal tenggelam. Pada saat didalam sekoci seluruh penumpang diberikan seasick pills atau obat anti mabuk untuk menghindari adanya penumpang yang mabuk laut. Kemudian sekoci menarik life raft dan mengumpulkannya menjadi satu serta berpatroli keliling sekitar tenggelamnya kapal induk untuk memastikan tidak ada penumpang selamat yang tidak terselamatkan atau terlewatkan. Setelah itu seluruh life raft di posisikan di tengah dengan di kelilingi oleh seluruh sekoci. Air minum berupa paket kecil 0.5 liter/person/day diberikan setelah 1x24 jam, sedangkan makanan berupa biscuit yang mengandung kalori tinggi. Apabila makanan telah habis maka fishing gear dipergunakan untuk memancing ikan di laut. Apabila kehabisan air minum, secara darurat penumpang dapat mengumpulkan embun pada pagi hari dan menempungnya serta menampung air hujan sebanyak banyaknya (sekoci dan rakit penolong di desain untuk dapat mengoptimalkan penjaringan air hujan sebanyak banyaknya. 
First Aid / pertolongan pertama
Mendapatkan cedera saat latihan parkour adalah hal yang wajar. Metode latihan yang salah, kelainan struktural yang terlalu menekan tubuh bagian tertentu lebih banyak dari bagian yang lain, dan otot yang lemah yang jarang di latih adalah faktor utama penyebab cedera saat latihan.
Secara umum,Pengertian First Aid atau pertolongan pertama adalah sebuah tindakan awal yang dilakukan untuk menghadapi kondisi yang membutuhkan tindakan darurat.Diharapkan dengan adanya pertolongan pertama, dapat menyelamatkan kondisi seseorang dari hal yang lebih fatal lagi atau hal yang tidak kita inginkan.
Parkour adalah sebuah aktivitas yang memiliki daya mobilitas yang tinggi dimana kita di tuntut untuk selalu bergerak dan juga latihan parkour yang terbilang 'cukup unik' dari aktivitas yang lain karena praktisi parkour dianjurkan untuk 'berteman' dengan environment urban (terkadang natural) yang ada disekitar anda.Dari situ kita bisa tahu, bahwa aktivitas berlatih parkour juga tak luput dari yang namanya cedera.

Medical Care on Board

Diklat ini mengacu kepada ketentuan Regulation A-VI/4 serta STCW Code Section A-VI/4-2 dan mengacu IMO Model Course 1.15, ketentuan-ketentuan ini meliputi batas ketentuan, keterampilan dan pengalaman yang harus dicapai untuk mendapatkan sertifikat keterampilan MC bagi pelaut sesuai dengan standard STCW Code 1978 Amandment 2010.

Peserta Diklat diharapkan mampu:
1. Mampu melaksanakan tindakan pertama dalam penanganan medis dikapal.
2. Mampu bertindak secara efektif rencana koordinasi penanganan medis.
3. Mampu melaksanakan tugas fungsi pengawasan terhadap pengoperasian kapal dan perlindungan orang dikapal.
4. Mampu melaksanakan tugas penanganan medis yang memenuhi standar.
5. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang keadaan darurat, keselamatan kerja, perawatan medis di kapal dan penyelamatan diri dilaut.
6. Memiliki pengetahuan managerial dan kepemimpinan yang diperlukan sebagai perwira kapal niaga.
7. Mampu berkomunikasi secara verbal dan tulis dengan baik menggunakan bahasa Inggris.
8. Memiliki pengetahuan teknologi industri maritim.

Pelaksanaan Diklat: 3 (Tiga) Hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar